MAKALAH
DECISION
SUPPORT SYSTEM (DDS) DALAM SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
Disusun
guna memenuhi tugas mata kuliah Sistem Informasi Manajemen
Oleh
:
YULIYANA
PUSPITASARI (1A122147)
JURUSAN
AKUNTANSI
SEKOLAH
TINGGI ILMU EKONOMI
BANK
BPD JATENG
SEMARANG
2015
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia Nya, sehingga penulis mampu
menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Makalah ini disusun
dengan tujuan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen yang
diampu oleh Bapak Setia Lutfi, Skom, MKom yang merupakan syarat untuk dapat
menambah nilai mata kuliah. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada teman-teman semua dan semua pihak yang telah berusaha membantu penulis hingga terselesainya makalah ini.
Penulis menyadari bahwa
“tiada gading yang tak retak,” tentunya tugas ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca akan dijadikan
motivasi demi penyempurnaan dan perkembangan selanjutnya. Penulis berharap,
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua orang yang membacanya.
Semarang,
31 Oktober 2015
Penulis,
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Decision Support System merupakan salah
satu produk perangkat lunak yang dikembangkan secara khusus untuk membantu
manajemen dalam proses pengambilan keputusan. Sesuai dengan namanya, tujuan
dari dipergunakannya sistem ini adalah sebagai “second opinion” atau
“information sources” yang dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan sebelum
seorang manajer memutuskan kebijakan tertentu. Kekuatan yang memprakarsai proses pengambilan keputusan
dapat berupa ketidakpuasan terhadap keadaan saat itu atau manfaat yang diharapkan
dari keadaan yang baru. Dalam hal ketidakpuasan, kekuatan yang memprakarsai
adalah penemuan masalah sedangkan dalam hal manfaat yang diharapkan kekuatan
yang memprakarsai berasal dari penyelidikan untuk mendapat kesempatan.
Proses
pengambilan keputusan dapat ditinjau dari sudut kegiatan yang terus-menerus
didorong oleh tujuan mengubah sistem (perusahaan, departemen, keluarga, dan
sebagainya) dari keadaannya yang sekarang menjadi keadaan yang diinginkan
dengan menggunakan suatu sistem yang disebut sistem penunjang keputusan
( Decision Support System ).
Menurut Sprague dan Carlson mendefinisikan DSS dengan cukup baik, sebagai
sistem yang memiliki lima karakteristik utama (Sprague et.al., 1993):
1.
Sistem yang berbasis komputer
2.
Dipergunakan untuk membantu para
pengambil keputusan
3.
Untuk memecahkan masalah-masalah rumit
yang “mustahil” dilakukan dengan kalkulasi manual
4.
Melalui cara simulasi yang interaktif
5.
Dimana data dan model analisis sebagai
komponen utama
B.
Rumusan
Masalah
Dengan
penjabaran latar belakang masalah diatas tentang Decision Support System dalam
sistem informasi manajemen dalam sebuah perusahaan,maka penulis akan merumuskan
masalahnya sebagai berikut :
1. Apa
Konsep dari Sistem Penunjang Keputusan ( Decision Support System /
DSS )
dan Apa Tujuan Sistem
Penunjang Keputusan ( Decision Support System ) serta Alasan DSS digunakan dalam sebuah perusahaan
2. Apa
Konsep Keputusan itu dan Jenis-jenis apa
Keputusan Menurut Herbert A. Simon serta Tahapan Apa Pengambilan
Keputusan Menurut Herbert A. Simon serta
juuga Tingkat-Tingkat Pengambilan
Keputusan
3.
Apa saja Komponen Sistem Penunjang Keputusan ( Decision Support
System / DSS) dan Ciri,
Keuntungan Dan Keterbatasan Sistem Penunjang Keputusan ( Decision Support
System / DSS) serta Sistem Penunjang Keputusan ( Decision Support System
/DSS) Kelompok
C.
Tujuan
Makalah
Adapun tujuan
dari penyusunan makalah dengan judul Decision Support System
dalam Sisitem Informasi Manajemen
adalah sebagai berikut :
1.
Memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Sistem Informasi Manajemen
2.
Melatih
mahasiswa untuk lebih aktif dalam pencarian bahan-bahan materi Sistem Penunjang
Keputusan ( Decision Support System )
3.
Menambah
wawasan dan pengetahuan tentang Sistem Penunjang Keputusan ( Decision Support
System )
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Konsep
Sistem Penunjang Keputusan ( Decision Support System /
DSS )
Konsep DSS
dimulai akhir tahun 1960 dengan time sharing komputer yaitu untuk pertama
kalinya seseorang dapat berinteraksi langsung dengan komputer tanpa harus
melalui spesialis informasi. Istilah DSS diciptakan pada tahun 1971 oleh
Anthony Gory dan Scott Morton untuk mengarahkan aplikasi komputer pada
pengambilan keputusan manajemen. Konsep DSS menggunakan informasi spesifik yang
ditujukan untuk membantu manajemen dalam mengambil keputusan dengan menggunakan
model sebagai dasar pengembangn alternatif yang secara interaktif dapat
digunakan oleh pemakai. Dari penjelasan tersebut maka dapat diketahui bahwa DSS
mempunyai karakteristik tersendiri, antara lain
a.
DSS
dirancang untuk membantu pengambil keputusan dalam memecahkan masalah yang
bersifat semi terstruktur ataupun tidak terstruktur,
b.
Dalam
proses pengolahannya, DSS mengkombinasikan penggunaan model-model/teknik-teknik
analisis dengan teknik pemasukan data konvensional serta fungsi-fungsi
pencari/interogasi informasi,
c.
DSS
dirancang sedemikian rupa, sehingga dapat digunakan dengan mudah oleh orang
yang tidak memiliki dasar kemampuan pengoperasian komputer yang tinggi,
d.
DSS
dirancang dengan menekankan pada aspek fleksibilitas serta kemampuan adaptasi
yang tinggi, sehingga mudah disesuaikan dengan kebutuhan pemakai.
Tujuan
Sistem Penunjang Keputusan ( Decision Support System )
Bila
diterapkan dalm sebuah organisasi atau perusahaan tujuan utama DSS adalah
membantu manajer dan orang-orang yang terlibat dalam proses pengambilan
keputusan untuk meningkatkan kemampuannya dalam memutuskan pemecahan suatu
masalah. Keputusan yang dihasilkan nantinya diharapkan dapat memenuhi batasan
kognitif, waktu dan ekonomis.
Menurut
Holsapple dan Winston, 1996 tujuan dari DSS adalah sebagai berikut :
a.
DSS
membantu pengambil keputusan dalam mengenali masalah dan kemudian
memformulasikan data pendukung untuk keperluan analisis dan pengambilan
tindakan.
b.
DSS
memfasilitasi salah satu atau semua fase pengambilan keputusan agar prosesnya
berjalan secara lancar dan cepat (efektif dan efisien). Fase pengambilan
keputusan itu sendiri menurut Herbert A. Simon yang ditulis oleh Mc Leod (2001)
adalah :
@ Intellegence
Activity
yaitu proses pencarian informasi dan data dari
lingkungan yang berguna bagi pemecahan masalah,
@ Design Activity yaitu menemukan, mengembangkan dan menganalisa kemungkinan dari tindakan
yang akan dijadikan solusi,
@ Choice Activity yaitu memilih salah satu tindakan yang telah dianalisa
pada fase sebelumnya yang kemudian dijadikan sebagai alternatif solusi,
@ Review
Activity
yaitu
mengimplementasikan solusi.
c.
DSS
menjadi bantuan untuk memecahkan masalah yang semi terstruktur atau yang tidak
terstruktur.
d.
DSS
membantu dalam memanajemen informasi / pengetahuan. Hal ini dimungkinkan karena
DSS dapat memiliki kemampuan untuk menerima, menyimpan, menggunakan, menurunkan
dan mempresentasikan informasi / pengetahuan yang sesuai dengan keputusan yang
akan diambil.
e.
DSS
mendukung penilaian manajer tanpa bermaksud untuk menggantikannya.
Alasan mengapa DSS
dalam sistem informasi manajemen digunakan dalam sebuah perusahaan adalah
sebagai berikut :
DSS digunakan dalam sebuah perusahaan karena berbagai
hal, antara lain :
a.
Perusahaan
beroperasi pada ekonomi yang tidak stabil,
b.
Perusahaan
dihadapkan pada kompetisi dalam dan luar negeri yang meningkat,
c.
Perusahaan
menghadapi peningkatan kesulitan dalam hal melacak jumlah operasi-operasi
bisnis,
d.
Sistem
komputer perusahaan tidak mendukung peningkatan tujuan perusahaan dalam hal
efisiensi, profitabilitas, dan mencari jalan masuk di pasar yang benar-benar
menguntungkan,
e.
Adanya
perubahan perilaku komputasi end-user. Dalam hal ini end-user bukanlah
programmer sehingga mereka membutuhkan alat dan prosedur yang mudah untuk
digunakan dan ini dipenuhi oleh DSS,
f.
Membutuhkan
informasi yang akurat dan baru secara cepat,
g.
DSS
sering dianggap sebagai keberhasilan dalam suatu organisasi,
h.
Manajemen
mengamanatkan perlunya DSS dalam
organisasi,
i.
Perlunya
penghematan biaya operasional.
B.
Pengertian
Konsep Keputusan
Pengambilan
keputusan merupakan hal yang pokok bagi pemegang jabatan manajer. Karena
keputusan merupakan rangkaian tindakan yang perlu diikuti dalam memecahkan
masalah untuk menghindari atau mengurangi dampak negatif atau untuk
memanfaatkan kesempatan di dalam perusahaan. Model sistem yang dipergunakan
untuk mengambil keputusan dapat bersifat tertutup atau terbuka. Sistem
pengambilan tertutup menganggap bahwa keputusan dipisahkan dari masukan-masukan
yang tidak diketahui dari lingkungannya. Dalam sistem ini pengambil keputusan
dianggap :
a.
Mengetahui
semua alternatif dan akibat atu hasil dari masing-masing alternatif;
b.
Mempunyai
suatu metode (aturan, hubungan dan sebagainya) yang memungkinkan ia membuat
urutan alternatif yang lebih disukainya,
c.
Memilih
alternatif yang memaksimalkan sesuatu seperti keuntungan, volume penjualan atau
kegunaan.
Paham pengambilan keputusan yang tertutup jelas menganggap
bahwa orang yang rasional secara logis menguji semua alternatif, membuat urutan
berdasarkan hasilnya yang lebih disukai, dan memilih alternatif yang
mendatangkan hasil terbaik.
Sistem
pengambilan keputusan terbuka adalah keputusan yang dipengaruhi oleh
lingkungan, dan proses pengambilan keputusan selanjutnya juga mempengaruhi
lingkungan tersebut. Pengambil keputusan dianggap tidak harus logis dan
sepenuhnya rasional, tetapi lebih banyak menunjukkan rasionalitas hanya dalam
batas-batas yang ditentukan oleh latar belakang, penglihatan
alternatif-alternatif, kemampuan untuk menangani model keputusan dan
sebagainya. Mengingat tujuan model tertutup telah dirumuskan dengan baik,
tujuan model terbuka sama dengan tingkat keinginan sebab model terbuka dapat berubah
apabila pengambil keputusan menerima bukti keberhasilan atau kegagalan.
Dibandingkan dengan ketiga anggapan model tertutup, model keputusan terbuka
menganggap bahwa pengambil keputusan :
a.
Tidak
mengetahui semua alternatif dan semua hasil,
b.
Melakukan
penyelidikan secara terbatas untuk menemukan beberapa alternatif yang
memuaskan,
c.
Mengambil
keputusan yang memuaskan tingkat keinginannya.
Model terbuka
adalah dinamis atas urutan pilihan-pilihan karena tingkatan keinginan berubah
menangani perbedaan antara hasil dan tingkat keinginan.
Jenis-Jenis Keputusan
Menurut Herbert A. Simon
Menurut Herbert A. Simon
jenis-jenis keputusan dalm suatu perusahaan dibedakan menjadi 2 yaitu keputusan
terprogram dan keputusan tidak terprogram. Perbedaan keputusan terprogram dan
tidak terprogram terlihat dari persyaratan operasionalnya yang berlainan bagi
kedua jenis keputusan tersebut. Ciri-ciri
keputusan terprogram dan keputusan tidak terprogram dapat diikhtisarkan sebagai
berikut :
Keputusan
Terprogram
|
Keputusan
Tidak Terprogram
|
·
Berulang
·
Dirumuskan
dengan cermat
·
Aturan atau
algoritma keputusan bagi orang bawahan untuk digunakan
|
·
Kadang-kadang
·
Unik
·
Analisa baru
untuk setiap kejadian
|
Dengan kata lain, keputusan terprogram adalah keputusan
yang dirumuskan dengan cermat dan cukup sering diulangi sehingga aturan
keputusan atau algoritma keputusan dapat dirumuskan. Aturan-aturan dapat
diuraikan sebelumnya, dan karena itu aturan-aturan tersebut biasanya dapat
diberi kode untuk pengolahan komputer. Penggunaan komputer untuk mengolah
aturan-aturan keputusan terprogram merupakan suatu pra pemilihan oleh seorang
pengambil keputusan mengenai bagaimana keputusan harus diambil untuk waktu yang
akan datang.Karena pengambilan keputusan itu merupakan suatu proses yang mahal
ditinjau dari sudut sumber daya yang sangat langka, waktu dan tenaga
manajerial, maka keputusan terprogram merupakan suatu metode yang efisien untuk
menghemat sumber daya yang langka dan untuk meningkatkan produktifitas manajer.
Sedangkan
untuk keputusan tidak terprogram, keputusan ini tidak sering diulang atau dapat
dikatakan keputusan ini sangat berbeda di setiap pengulangannya, sehingga tidak
dapat dikembangkan suatu model umum sebagai suatu dasar untuk memogramnya.
Kegiatan
pengambilan keputusan baik yang terprogram ataupun tidak terprogram dapat
mengikuti proses pengambilan keputusan termasuk pemahaman, perancangan dan
pemilihan. Penentuan keputusan terprogram memerlukan lebih banyak pemecahan
umum daripada keputusan tidak terprogram. Untuk keputusan
terprogram harus mempertimbangkan bermacam-macam kondisi
sedangkan keputusan tidak terprogram hanya berhubungan dengan suatu situasi
tertentu.
Tahapan Pengambilan Keputusan
Menurut Herbert A. Simon
Ada 4 tahapan
dalam pengambilan keputusan menurut Herbert A. Simon yang dapat digambarkan
seperti berikut :
Kegiatan
Intelegen
|
Kegiatan
Merancang
|
Kegiatan Memilih
|
Kegiatan Menelaah
|
Keterangan :
@ Kegiatan
Inteligen yaitu proses
pencarian informasi dan data dari lingkungan yang berguna bagi pemecahan
masalah,
@ Kegiatan
Merancang yaitu menemukan,
mengembangkan, dan manganalisa arah tindakan yang mungkin dapat dipergunakan.
Dalam hal ini mengandung proses-proses untuk memahami masalah, untuk
menghasilkan cara pemecahan masalah dan untuk menguji apakah cara pemecahan
tersebut dapat dilaksanakan.
@ Kegiatan
Memilih yaitu memilih arah
tindakan tertentu dari semua arah tindakan yang ada. Pilihan ditentukan dan
dilaksanakan.
@ Kegiatan
Menelaah disebut juga pemahaman yaitu menyelidiki
lingkungan tentang kondisi-kondisi yang memerlukan keputusan. Data mentah yang
diperoleh diolah dan diperiksa untuk dijadikan petunjuk yang dapat menentukan
masalahnya.
Masing-masing
kegiatan tersebut saling memberi feed back atau umpan balik hasil keputusan.
Hal ini sama seperti langkah-langkah yang disarankan Rubenstein
dan Haberstroh yaitu; pengenalan masalah atau kebutuhan
akan pengambilan keputusan, analisis dan pernyataan alternatif-alternatif,
pemilihan di antara alternatif-alternatif, komunikasi dan pelaksanaan
keputusan, dan tindak lanjut dan umpan balik hasil keputusan.
Tingkat-Tingkat Pengambilan
Keputusan
Pengambil
keputusan mempunyai suatu cara untuk dapat memahami informasi yang menentukan
efisiensi pengolahan informasinya. Pengetahuan seseorang digabungakan dengan
kecakapannya mengolah informasi akan menentukan kesanggupannya mengambil
keputusan. Dihadapkan dengan alternatif-alternatif, pengambil keputusan
menentukan suatu tujuan, dan kemudian berusaha mencapainya dengan memilih
alternatif yang terbaik berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya.
Pengambilan
keputusan merupakan suatu proses penggunaan informasi secara rasional bukan
secara emosional. Dengan demikian dalam hubungan ini, kesulitan dalam
pengambilan keputusan dapat diakibatkan oleh kedua-duanya.
1.
Informasi
yang tidak cukup ; yakni informasi yang tidak benar atau tidak lengkap mengenai
bermacam-macam arah tindakan alternatif yang berpengaruh pada hasil akhir,
2.
Tujuan
yang tidak jelas diuraikan, yakni tidak dapat menguraikan tujuan yang hasilnya
lebih banyak diinginkan daripada yang lain.
Pengambilan
keputusan dapat terjadi mulai dari jenis keputusan sepintas lalu yang sangat
rutin (keputusan terprogram) sampai keputusan kompleks yang mempunyai pengaruh
besar terhadap sistem (keputusan tidak terprogram). Untuk menggolongkannya,
pengambilan keputusan dapat dibagi menjadi tiga tingkat yaitu:
a.
Pengambilan keputusan tingkat strategis
Yaitu
keputusan yang ditandai oleh banyak ketidakpastian dan berorientasikan masa
depan. Keputusan ini menentukan rencana jangka panjang yang mempengaruhi
seluruh bagian perusahaan. Tujuan perusahaan ditentukan oleh beberapa strategi,
oleh karena itu strategi berhubungan dengan perencanaan jangka panjang dan
meliputi penentuan tujuan, penentuan kebijaksanaan, pengorganisasian, dan
pencapaian keberhasilan organisasi secara menyeluruh.
b.
Pengambilan keputusan tingkat taktis
Pengambilan
keputusan tingkat taktis berhubungan dengan kegiatan jangka pendek dan
penentuan sumber daya untuk mencapai tujuan. Jenis pengambilan keputusan ini
berhubungan dengan bidang-bidang seperti perumusan anggaran, analisis aliran
dana, penentuan tata ruang, masalah kepegawaian, perbaikan produk, serta
penelitian dan pengembangan.
c.
Pengambilan keputusan tingkat teknis
Pada tingkat
pengambilan keputusan ini standar-standar ditentukan dan hasil keputusan
siafatnya menentukan. Pengambilan keputusan teknis adalah suatu proses untuk
menjamin agar tugas-tugas khusus dapat dilaksanakan dengan cara efektif dan
efisien. Pengambilan keputusan ini memerlukan diberikannya perintah-perintah
khusus yang mengawasi operasi-operasinya.
C.
Komponen Sistem Penunjang Keputusan ( Decision Support
System / DSS)
Komponen yang terdapat dalam DSS antara lain :
a.
Dialog
(komponen model manajemen); merubah data menjadi informasi yang relevan (dynamic/linear),
b.
Model;
DSS menggunakan database berbasis permodelan yang terdiri dari optimalisasi,
statistik/matemetik dan finansial,
c.
Database
(komponen penunjang); yaitu teknologi software dan hardware,
d.
Data
(komponen data manajemen); yaitu semua basis data yang dapat diakses.
Ciri, Keuntungan Dan Keterbatasan DSS
@
Ciri Decision Support System
a.
DSS
dirancang untuk membantu pengambil keputusan dalam memecahkan masalah yang
bersifat semi terstruktur ataupun tidak terstruktur,
b.
Dalam
proses pengolahannya, DSS mengkombinasikan penggunaan model-model/teknik-teknik
analisis dengan teknik pemasukan data konvensional serta fungsi-fungsi
pencari/interogasi informasi,
c.
DSS
dirancang sedemikian rupa, sehingga dapat digunakan dengan mudah oleh orang
yang tidak memiliki dasar kemampuan pengoperasian komputer yang tinggi,
d.
DSS
dirancang dengan menekankan pada aspek fleksibilitas serta kemampuan adaptasi
yang tinggi, sehingga mudah disesuaikan dengan kebutuhan pemakai,
e.
Menghasilkan
acuan data untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh manajer yang kurang
berpengalaman,
f.
Fasilitas
untuk mengambil data dapat memberikan kesempatan bagi beberapa manajer untuk
berkomunikasi dengan lebih baik,
g.
Meningkatkan
produktifitas dan kontrol dari manajer.
@
Keuntungan Decision Support System
a. DSS
memperluas kemampuan pengambil keputusan dalam memproses data/informasi bagi
pemakainya,
b. DSS
membantu pengambil keputusan dalam penghematan waktu yang dibutuhkan untuk
memecahkan masalah,
c.
DSS
dapat menghasilkan solusi dengan lebih cepat serta hasilnya dapat diandalkan,
d.
DSS
mampu menyajikan berbagai alternatif,
e.
DSS
dapat menyediakan bukti tambahan untuk memberikan pembenaran sehingga dapat
memperkuat posisi pengambil keputusan.
@
Keterbatasan DSS
a.
Beberapa
kemampuan manajemen dan bakat manusia yang tidak dapat dimodelkan,
b.
Kemampuan
terbatas pada pembendaharaan pengetahuan yang dimilikinya,
c.
Proses
tergantung pada peragkat lunak yang digunakan,
d.
Tidak
memiliki kemampuan intuisi (berpikir) seperti pada manusia.
Sistem
Penunjang Keputusan (Decision Support System) Kelompok
Adalah suatu
sistem berbasis komputer yang mendukung kelompok-kelompok orang yang terlibat
dalam suatu tugas (tujuan) bersama dan yang menyediakan interface bagi suatu
lingkungan yang digunakan bersama. Atau bisa dikatakan GDSS adalah sistem
pendukung keputusan kelompok yang berusaha memperbaiki komunikasi diantara para
anggota kelompok dengan menyediakan lingkungan yang mendukung dan mendukung
para pengambil keputusan dengan menyediakan perangkat lunak GDSS yang disebut
groupware.
Nama lain dari GDSS antara lain :
a.
Group
Support System (GSS)
b. Computer
Supported Cooperative Work (CSCW)
c. Computerzed
Collaborative Work Support
d. Electronic
Meeting System
Pengaturan GDSS adalah:
1.
Ruang
keputusan; merupakan pengaturan untuk rapat kelompok kecil serta tatap muka.
Ruangan tersebut mendukung komunikasi melalui kombinasi perabot, peralatan dan
tata letak.
2.
Jaringan
keputusan; dalam hal ini yang dimaksud adalah LAN. Jika kelompok kecil tidak
mungkin bertemu secara bertatap muka maka para abggota dapat berinteraksi
melalui jaringan.
3.
Pertemuan
Legislatif; jika kelompok terlalu besar untuk ruang keputusan maka pertemuan
legislatif diperlukan.
4.
Konferensi
bermedia komputer; beberapa aplikasi kantor virtual memungkinkan komunikasi
antara kelompok-kelompok besar dengan anggota yang tersebar secara geografis.
BAB
III
KESIMPULAN
Kesimpulan
dari makalah Sistem Penunjang Keputusan (Decision Support System) ini adalah:
1.
Dukungan
komputerisasi untuk para manajer sangatlah penting dalam berbagai kasus ataupun
pengambilan keputusan di dalam organisasinya /perusahaannya,
2.
DSS
dirancang dengan menekankan pada aspek fleksibilitas serta kemampuan adaptasi
yang tinggi, sehingga mudah disesuaikan dengan kebutuhan pemakai,
3.
DSS
membantu pengambil keputusan dalam mengenali masalah dan kemudian
memformulasikan data pendukung untuk keperluan analisis dan pengambilan
tindakan,
4.
Keputusan
dapat dibedakan menjadi dua yaitu keputusan terprogram dan keputusan tidak
terprogram dengan menggunakan sistem pengambilannya secara terbuka dan
tertutup,
5.
GDSS
adalah suatu teknologi yang mendukung proses pengambilan keputusan dalam suatu
group atau kelompok yang mempunyai software sendiri yang disebut juga
groupware.
DAFTAR
PUSTAKA
Moekijat, Drs., ”Pengantar Sistem Informasi Manajemen”, PT. Remaja
Rosdakarya Bandung, Maret 1986
http
: //dss.windupermatasariblogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar